Bekal Menulis Prosa

Menurut Doddi Ahmad Fauzi, "Menulis butuh proses, butuh waktu, yaitu seumur hidup." Tak ada kata bisa bagi para penulis, sebab tulisan yang sekarang dibuat, belum tentu lebih bagus dari tulisan yang lalu, juga tulisan yang akan datang, belum tentu lebih bagus dari yang sekarang dibuat. 

Supaya selalu bagus, seorang penulis dituntut untuk terus belajar, membuka wawasan dengan cara membaca dan diskusi yang berkualitas. 

Trik  dan Teknik  Berlatih Menulis Prosa 

Menjadi penulis prosa, ada dua syarat yang wajib terpenuhi, yaitu cerdas dan pandai bercerita. Sudah, itu saja yang paling utama harus dikuasai. Bila Anda cerdas dan pandai bercerita, maka Anda akan menjadi penulis prosa yang berkualitas.

Apakah yang dimaksud dengan cerdas? Cerdas, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb); tajam pikiran.

Cerdas juga dekat atau identik dengan pintar. Seseorang menjadi pintar, adalah karena daya ingatnya yang kuat, serta memiliki kecepatan dalam menganalisis atau menilai sesuatu.

Jika Anda pernah belajar geografi di saat SMP, pernah belajar sejarah di SMA, Anda akan disebut pintar jika apa yang pernah dikethui dan dihapal dalam pelajaran di waktu SMP dan SMA, sekarang masih teringat.

Banyak hal pernah kita pelajari, namun karena tidak diamalkan, hal yang dipelajari itu telah lupa lagi, telah menguap dan kita lupa. Jadi, orang akan pintar bila ia memiliki daya ingat yang kuat.

Karena itu, kita akan berlatih bercerita dan berlatih mengasah daya ingatan, supaya kita menjadi orang yang pintar bercerita dan meningkat daya ingatnya.

Teknik Berlatih Menulis Prosa 

Salah satu cara untuk berlatih menulis prosa adalah sebagai berikut:

1. Buatlah cerita nyata, dengan cara mengingat-ingat lagi, apa saja yang kita kerjakan di hari ini, sejak bangun hingga membaca tulisan ini.
2. Buatkah cerita itu secara rinci, runut, dan tidak meloncat-loncat.
3. Jika dalam apa yang kita kerjakan hari ini itu terdapat dialog atau perbincangan dengan orang lain, maka bisa diusakan perbincangan itu masuk ke dalam cerita yang kita tulis.
4. Bila dalam kejadian di hari ini terdapat semacam konflik, maka hadirkanlah konflik itu.

Tentang Ritma, Rima, dan Diksi 

Pentingkah rima (nada), ritma (ketuka atau jumlah sukubunyi (fonemik) / sukukata (fonetik), serta diksi dalam alur prosa?

Diksi. Semua karya tulis itu berhadapan dengan diksi (diction) atau kata. Penulis bergulat dengan kata, yaitu memahami makna kata, serta bergulat dengan pilihan kata yang tepat atau tidak tepat, baik secara nada maupun irama.

Karya tulis yang bagus, enak dibaca, bahkan termasuk tulisan esai atau artikel, sesungguhnya akan mempertimbangkan rima (nada) serta mempertimbangkan ritma (jumlah sukukata bahkan kata dalam larik/baris).

Tulisan yang enak dibaca, adalah yang mengurangi sebanyak-banyaknya kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk beranak-pinak.

Novel dan Roman 

Novel itu adalah bagian dari prosa. Maka tentu, di dalam novel itu ada unsur prosa. Kenapa disebut novel? Kenapa pula pernah ada istilah roman?

Novel itu dari bahasa Perancis, nouvele, artinya kehidupan. Sedangkan roman itu dari bahasa Inggris, artinya kehidupan. Nah, baik novel maupun roman intinya sama, yaitu kisah tentang kehidupan. Lalu kenapa novel dan roman disebut bagian dari prosa?

Karena prosa itu adalah cerita yang berupa karangan, yang bisa jadi berasal dari kenyataan, bisa jadi berasal dari imajinasi yang direka-reka (fiksi). Nah, kisah tentang kehidupan yang dikarang, itulah novel atau roman.

Pernah ada istilah yang membedakan antara novel dan roman. Novel itu bisa bercerita tentang kehidupan secara luas, sedangkan roman, harus menceritakan satu tokoh utama, dari awal hingga akhir nasib tokoh.

Ustad Enang Rokayat menulis kisah Dewi Sartika, maka itu akan disebut Roman Dewi Sartika. Namun istilah roman sudah jarang digunakan, sehingga karangan ustad Enang Rokayat berjudul Dewi Sartika itu akan disebut novel.

Dialog 

Pentingnya dialog dalam prosa (novel/cerpen) adalah untuk membuat cerita itu menjadi lebih menarik dan hidup, tidak monoton. Dialog itu menunjukkan adanya tokoh yang lebih dari satu orang, dan dengan adanya beberapa tokoh, bisa dibangun konflik di dalamnya. Konflik adalah nyawa dari PROSA.

Quotes 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam sejarah.” Pramodya. 

"If  you wait for inspirations to write, you are not a writer. You're a waiter." Dan Poynter. 

"Menulislah sebagai bukti kita pernah hidup di dunia ini!" Wiwin Wintarsih. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

Nu Nyiar Ubar

PEMBELAJARAN DARING YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN