Perjalanan Panjang Sebuah Buku
Ketika Anda sedang memegang atau membaca sebuah buku, apakah Anda berpikir bagaimana buku itu bisa sampai ke tangan Anda?
Untuk sampai ke tangan Anda, sebuah buku harus melewati perjalanan yang sangat panjang.
Berikut saya paparkan sekelumit kisah perjalanan sebuah buku. Yuk, simak!
Dunia penerbitan saat ini, menghadapi sesuatu permasalahan akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.
Mari buka dapur-dapur semua yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, semoga dapat memberikan sedikit gambaran yang terjadi saat ini.
Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya.
Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.
Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.
Pandemi ini betul-betul meluluh lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan.
Pada bulan Januari 20-Februari 20 .. omzet Toko buku masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga.
Setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu 1.
Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.
Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.
Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.
Setelah 3 bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberpa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.
Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali ataukan menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti.
Di bulan Juni-Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.
Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.
Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.
Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.
Pengalaman kami, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.
Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Beberapa penerbit mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat dapat mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat dapat meramu materi, kemudian launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.
Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu.
Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.
Media WA merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.
Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.
Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan bapak ibu sekalian, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata.Sehingga terkadang tulisan bapak ibu yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing processnya.
Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus untuk bapak ibu mulai menulis, karena di dalam blog... tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang bapak ibu tawarkan.
Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kalai sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.
Dengan sudut pandang ini, perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller.
Perlu diketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.
Kami pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Kami memilih tema yang luar biasa bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Kami push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.
Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Anda dapat mulai tulisan dengan tema yang disukai dan betul-betul dikuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman.
Laskar pelangi.. saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan... dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulit-kemulut.. dari komunitas satu ke komunitas lain. dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah...dan terjadilah ledakan viral.. menjadikan buku tersebut best seller... tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller...
Jika sudah Percaya Diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Bapak ibu dapat sedikit "Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan ibu.
Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju, syukur-syukur di tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya.
Penerbit bukan maha tahu, penerbit di dasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu bapak ibu beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang diangkat.
Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya. Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.
Tetaplah mendokumentasikan pencarian keilmuan . Dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu dan bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita.
Dokumentasi dalam bentuk buku akan kami kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkan dokumentasi dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.
Beberapa percakapan yang dapat disimak:
Proposal penerbitan buku
Proposal isinya adalah: Judul Buku, Outline Rencana Buku dalam bantuk bab dan sub bab, Sinopsis Buku, CV Penulis. Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab, sehingga memudahkan bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri penulisnya.
Kanal e-book akan kami buka produksinya melalui Google Play/ Google Books sehingga semoga tingkat penerimaan naskah akan semakin besar dengan outlet ebook
Saya tertarik dan semangat menulis asal setelah selesai naskah ,, sudah ada yang siap mencetak/ menerbitkan ,, juga tentunya ada teman yang membantu mepromosikan
Betul bapak/ibu kami akan membuka kanal e-book sehingga tingkat terbitnya akan semakin besar. Promo dilakukan oleh pihak penerbit, penulis diminta membantu untuk mempromosikan. Saat ini promosi dapat dilakukan dengan webinar-webinar yang dikomandani oleh penerbit kami. Kami menyediakan aplikasi Zoom hingga 300 peserta, silakan dipergunakan secara maksimal bagi penulis yang berkenan menggunakannya untuk promosi.
oh gitu jadi penulis diberi waktu penyelesaian setelah proposal diterima ya Pak , terima kasih Pak
Ya betul bu kami berikan waktu 3 semester, karena dari pengalaman kami ... dari proposal menjadi buku rata-rata berkisar satu setengah tahun baru rampung..
Awalnya saya kira proposal dikirim kepenerbit itu …. buku sudah kita jadi …..ternyata malah baru proposal saja …..
Kalau buku sudah jadi kami malah lebih senang bu, proposal ini memberikan kesempatan untuk berlatih mengikuti prosedur penulisan yang benar, sehingga dengan mengikuti alur proposal, penulis dapat dengan mudah nantinya dalam membuat sendiri alur bukunya. Apabila penulis sudah jadi bukunya penerbit akan lebih mudah mereviu.
Ketika di kirim naskah buku yg sudah jadi, apakah caver, dftr isi, prancis buku, kata pengtr juga harus disertakan, sdh selesai dg naskahnya?
Untuk judul kira2 adakah perubahan atau tawaran dri pihak penerbit ?
Kirimkan saja judul, kata pengantar, prakata, daftar isi, isi buku, sinopsis, dan tentang penulis.
Apps Proposal
Apps proposal?
Apps proposal rencana semoga bulan depan bisa terwujud, sehingga pemantauan penulisan bisa terjadwal. Karena kami memberikan waktu 3 semester untuk menyelesaikan bukunya. Setelah itu jika melewatu deadline 3 semesteri, otomatis akan gugur proposalnya
Apps ini akan ada di play store sehingga dapat diinstal di HP bapak ibu, reminder-reminder tahap2 penulisan buku akan diberikan di sini
Tingkat penolakan proposal sangat tinggi, nyaris mendekati 85% hal ini berkaitan dengan penyelesaian proposal terdahulu yang secara historis tidak berhasil menjadi buku. Hal ini mendorong kami membuat apps proposal untk memantau perkembangan penulisannya. Rata
Pak Edi satu lagi pertanyaan ya , adakah kiat biar proposal dan tulisan kita tidak tertolak ,terima kasih
Proses Review 1 bulan, Proses Editing 1 Bulan, Proses Pra Produksi layotu cover adalah 1 bulan, PRoses produksi 1 bulan. Penulis menyerahkan dalam bentuk file Word, tidak perlu membuat cover karena cover akan dibuat oleh team desain penerbit.
Demikian sekelumit perjalanan sebuah buku sehingga dapat sampai ke tangan Anda. Jadi tolong rawat baik-baik buku Anda. Jangan memiliki kebiasaan melipat halaman buku sebagai tanda batas membaca Anda! Biasakan selalu menggunakan pembatas buku. Agar buku kita tetap rapi dan sedap dipandang. Terima kasih.
Alhamdulillah..sukses bu wiwin.... Semoga ya..tetap menulis setiap hari... Semangat terus..
BalasHapusMampir juga ya di aisah1969.blogspot.com
Terima kasih Bu
HapusJoss
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusKeren BuWin resumenya lengkap
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusKeren Bunda 👍
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMakin mantul resumenya .... rapi
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantab bu
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusTulisannya enak dibaca
BalasHapusTerima kasih Om Jay
HapusKeren
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantap Bu
BalasHapusTerima kasih
HapusSepedapat sama Om Jay, mantap dan enak dibaca👍👍
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusSepedapat sama Om Jay, mantap dan enak dibaca👍👍
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantap resumenya bu ..sukses y bu
BalasHapusTerima kasih
HapusTerima kasih
Hapusmantul!
BalasHapusTerima kasih Bu
Hapus