Nikmat Mana yang Kau Dustakan
Ketika begitu banyak menerima kabar bahagia, ada dua hal besar yang terjadi. Pertama bersyukur. Kedua mawas diri. Kedua rasa itu otomatis melintas di hati dan pikiran. Menumbuhkan kesadaran. Rasa syukur menuntun untuk berucap alhamdulillah dibarengi rasa haru. Berterima kasih kepada Yang Menciptakan Kebahagiaan. Hal ini bukti betapa rahman sang Pencipta kepada umatNya. Rasa syukur juga menimbulkan rasa yang lain, yakni mawas diri. Layakkah aku menerima kebahagiaan ini? Hal itu didasari oleh pengakuan bahwa diri ini adalah pendosa yang teramat sering abai terhadap perintahNya. Dan teramat sering asyik masyuk dengan syahwat dunia. Betapa banyak hal yang menjadi alasan untuk abai. Pertama alasan keluarga. Keluarga sadar atau tidak sering memberi ruang untuk mengabaikan perintahNya. Tak bisa disebutkan satu persatu karena demikian banyaknya. Sebagai contoh ketika anak melakukan kesalahan, sebagian orang tua secara membabi buta tetap membela anaknya, menyatakan anaknya tidak mela...