KETIDAKJUJURAN DAN KETIDAKTAHUAN BERBUAH PETAKA

KETIDAKJUJURAN DAN KETIDAKTAHUAN BERBUAH PETAKA

    Pagi ini ada pesan whatsapp yang datang dari komunitas relawan. Saya segera membaca pesan tersebut. Pesan yang berisi pernyataan seorang dokter yang berdinas di suatu rumah sakit. Dokter tersebut menyatakan bahwa temannya yang juga seorang dokter  dinyatakan positif terpapar virus Corona. Betapa saya sangat terkejut dengan isi pesan. "Kok bisa?"  saya bertanya dalam hati. Pengetahuan yang saya miliki mengatakan, sejatinya petugas medis tidak perlu mengalami hal itu. Karena mereka sudah dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan tentu saja sudah paham dengan SOP penanganan Covid-19. Saya menjadi penasaran apa yang sesungguhnya terjadi. 
    Setelah saya baca tuntas, ternyata dokter itu terpapar karena ada seseorang pasien yang tidak jujur ketika di anamnesa oleh dokter. Pernyataan standar di masa pandemi ini salah satunya adalah "Apakah anda pernah melakukan perjalanan dan atau berinteraksi dengan seseorang dari daerah red zone?" Pasien itu menjawab tidak. Sehingga ketika dokter memeriksa pasien itu tidak menggunakan APD lengkap. Terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan. Dokter yang memeriksa pasien tersebut positif terpapar virus Corona. 
   Mengapa terjadi hal seperti di atas. Dalam kasus ini ada dua hal yang dapat dijelaskan. 
 1. Ketidaktahuan. Pasien itu tidak tahu daerah mana saja yang termasuk Red zone, dan siapa saja yang terpapar virus Corona.  Untuk mengetahui daerah mana saja yang termasuk Red zone, tentu kita harus selalu mengikuti perkembangan berita terkini. Dan untuk mengetahui siapa saja yang terpapar virus Corona tentu bukan hal yang mudah. Ada prosedur tertentu yang harus ditempuh, misalnya rapid Test dan swab. Justru yang perlu diwaspadai adalah OTG (Orang Tanpa Gejala).  Hal ini sangat tidak dapat diprediksi karena memang tidak terlihat gejala, pasien berobat sesuai yang dia rasa misalnya sakit gigi, sakit kepala, dan lain-lain. 
 2. Ketidakjujuran. Yang dimaksud di sini adalah ketika seseorang pasien mengetahui kondisi dirinya yang sudah melakukan perjalanan Dari daerah Red zone atau pernah berinteraksi dengan orang yang terpapar virus, tetapi ketika berobat tidak mengatakan yang sebenarnya. 
   Ke dua hal tersebut sama-sama berdampak negatif terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada disekelilingnya. Sebagai warga negara dan warga masyarakat yang baik, hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Kita harus lebih peduli terhadap kabar yang ada.  Tidak menutup mata dan telinga. Selalu memperbaharui informasi. Itu penting, dengan catatan jangan sampai menjadi paranoid dan bertindak melebihi batas. Berserah diri kepada Yang Menciptakan Makhluk,  selalu waspada dan menjaga diri itu kunci utama. 
2. Tetap mematuhi setiap seruan yang disampaikan oleh pihak yang berwenang. Seruan  itu dilakukan tentu dengan pertimbangan yang matang untuk kemaslahatan seluruh penghuni Negara ini. Mengenai hal ini ada curahan hati  seorang tenaga medis yang bertugas di Poli  Covid-19 seperti dituturkan di bawah ini:
   Semua petugas medis  yang bertugas menggunakan APD lengkap. Setelah mengenakan APD lengkap, inilah yang terjadi:
* Lima menit dikenakan, kacamata dan face shield mulai mengembun, tetapi tangan tidak boleh digunakan untuk mengelapnya. 
* Lima belas menit kemudian keringat mulai bercucuran dari kepala, leher, sampai punggung. 
* Tiga puluh menit sudah muncul bintik-bintik air mengembun dari dalam jas hujan. 
* Empat puluh lima menit sudah mulai resah menghitung sisa jam jaga yang masih tersisa tiga setengah jam. 
* Dua jam dikenakan sudah mengalami hipoglikemi, dan dehidrasi. Mata berkunang-kunang, dan kepala pusing. 

Tantangan lain adalah:
* Baju basah karena keringat dari dalam dan embun dari jas hujan
* Pukul sembilan pagi terasa seperti pukul dua belas siang di pantai ketika tengah musim kemarau panjang. 
* Mata dimasuki debu tetapi tidak dapat menggunakan tangan untuk menggosok-gosok, alhasil mata harus dikedip-kedipkan sampai mata berair hingga akhirnya debu dapat keluar. 
* Napas terasa sesak karena menggunakan masker secara terus menerus. 
* Telapak tangan terasa keriput karena keringatan di dalam handscun yang berlapis. 
* Harus berteriak-teriak kepada pasien karena suara kita tidak terdengar dari balik masker medis berlapis 
* Susah mendengar kata-kata pasien saat di anamnesa karena dia memakai masker, sedangkan telinga kita ditutup cap ditambah jas hujan. 
Ketidakrespekan pasien dengan profesi kami:
- Ketidakrespekan terhadap pernyataan seringnya kami. Ketika ditanya keluhan sengaja disembunyikan. Kemudian ditanya riwayat perjalanan dan kontak malah ditertawakan, ditanggapi dengan candaan. Bila ada yang begitu terpaksa kami jawab tegas: Bapak/Ibu, kami dengan kostum begini bertanya dengan serius. Untuk apa kami hanya sekadar iseng bertanya kepada Bapak/Ibu dengan kostum begini?! 
- Ketidakrespekan pasien untuk memakai masker. Ketika petugas memberitahu untuk menggunakan masker dibalas ringan "Terus saya sudah antre lama harus pulang gitu untuk mengambil masker?" Terpaksa kami menjawab tegas "Bapak/Ibu tidak akan dilayani jika tidak memakai masker." 
- Ketidakrespekan pasien mengajak serta anak-anak yang sehat, serta tidak memakai masker dengan alasan anaknya ingin ikut. Terpaksa kamu menjawab "Mohon tetap jaga di rumah saja. Tidak boleh masuk ke lingkungan fasilitas kesehatan apalagi masuk kedalam ruangan." 
- Ketika semua pasien minta dilayani lebih dulu,  sedangkan satu per satu pasien yang harus masuk di screening dan di cek suhu tubuhnya. 
- Kendala terbesar adalah ketika harus ke toilet.  Kami harus menahan ya selama empat jam. 
   Dengan pemaparan seperti di atas, kita masih harus semangat untuk tetap di rumah saja.  Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengusir bosan.  Mau eksperimen makanan, mau nonton drama Korea seharian, mau tidur makan tidur makan lagi. Buatlah diri kita nyaman dan sehat. 
   Ketidakjujuran dan ketidaktakutan harus dibayar mahal.  Semoga wabah ini cepat berlalu dan kita semua selalu berada dalam perlindungan Alloh SWT. Aamiin. 

Komentar

  1. Artikelnya bagus Bu Wiwin. Ditunggu artikel selanjutnya. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. In syaa Alloh segera meluncur... He he

      Hapus
  2. Good idea good inovation mom. We proud.

    BalasHapus
  3. Mantap Bu Win, moga jd motivasi pasien utk jujur dg kondisi sebenarnya krn perjuangan para Nakes...

    Bersyukur bagi yg bisa wfh berkecukupan, bisa dimanfaatkan utk membina hub kasih sayang antar anggta keluarga dan pndidikan dlm keluarga...🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

Teungteuingeun

Nu Nyiar Ubar