Menikmati Sunrise Buku


Menimba ilmu malam ini bersama orang hebat dan sukses: Joko Mumpuni

Ada yang menarik dari perkataan beliau. "Jika menulis ujungnya tidak diterbitkan itu gampang, semua orang bisa menulis, tetapi untuk apa?"

Motivasi Menulis

Pertama  berorientasi pada profit, ingin mendapatkan royalti besar, royalti yang banyak. Apakah itu salah? Tidak juga. 

Kemudian ada juga yang motivasinya bukan berorientasi pada uang, tetapi pada nirlaba, pengabdian. Hidup ini harus mengabdi, hidup ini harus berarti, maka saya harus menulis. 

Atau ada tujuan lain yaitu untuk promosi diri, untuk branding supaya diangkat jadi ketua, supaya menang pilkada dan lain sebagainya. Itu penting karena menulis itu  bisa digunakan untuk promosi diri, namun ada juga kalau itu akademisi, dosen, biasanya sangat bersemangat untuk menulis buku karena memang untuk memenuhi regulasi  kenaikan pangkat.

Ada yang mengaku tidak bisa menulis, benarkah? Orang yang sudah pernah kuliah  berarti rata-rata sudah pernah bikin laporan, sudah pernah bikin skripsi,  oleh karena itu sebetulnya ketika pernah kuliah pernah menulis skripsi itu tuh  keterampilan tulis menulis sudah usai, sudah ending sudah bisa dikatakan menulis. Tetapi mengapa tidak berkembang,  tidak muncul produk  yang baru? Ya, karena ada persoalan, persoalan antara lain adalah kemalasan.

Ekosistem Industri Buku

Selanjutnya tentang ekosistem industri buku. Ekosistem industri buku berkenaan dengan ekonomi, itu ujung-ujungnya adalah uang, artinya apa? 

Penerbit itu adalah perusahaan profitable yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup, untuk semua karyawannya. Jadi sekali lagi penerbit itu rata-rata  bukanlah lembaga nirlaba yang tidak mencari keuntungan, tetapi mencari keuntungan, artinya apa? Tidak mungkin sembarangan menerbitkan buku yang tidak yakin kalau buku yang diterbitkan itu akan ada keuntungan.

Komponen Ekosistem Industri Buku

Ada empat bagian atau empat komponen atau  empat stakeholder. 

Pertama ada yang disebut dengan penerbit ada yang disebut dengan penyalur ada yang disebut dengan pembaca dan kemudian ada yang disebut penulis. Yang disebut pembaca itu adalah dalam istilah industrinya itu adalah pasar atau pembeli. Lalu siapa pelaku industrinya berarti ada tiga: penulis, penerbit dan penyalur.

Nah sekarang pertanyaannya adalah jika satu judul buku dianggap satu buah proyek, siapa yang dapat keuntungan duit rupiah paling banyak, penerbitnya? Penyalurnya? atau Penulisnya?

Nah, tentu ada yang berpikir bahwa keuntungan terbesar adalah dalam satu proyek dalam satu kali itu adalah penerbit. Kalau ada yang berpikir yang paling untung besar  itu fitnah.

Yang betul adalah begini, formulasinya jika buku itu berharga seratus ribu di toko buku,  sebetulnya toko buku sebagai distributor sudah minta tiga puluh ribu bahkan lebih. 

Minimal untuk distributor adalah tiga puluh persen, untuk penulisnya adalah sepuluh ribu atau sepuluh persen.  

Nah sisanya itu adalah dikelola oleh penerbit untuk: ongkos produksi, ongkos promosi dan lain-lain. Maka sisanya tidak dua sampe tiga persen sebetulnya kalau dihitung per judul buku. Keuntungan  terkecil itu adalah diterima oleh penerbit, bukan, bukan penerbit yang paling dapat bagian banyak. 

Tapi kenapa masih bisa bertahan lama dan sampai sekarang umurnya sekian puluh tahun, ya,  karena memang  keuntungannya tadi dua sampai  tiga persen, tetapi kan judulnya sudah banyak.  Seperti Andi  sudah ribuan jadi mengalirnya banyak. Tidak seperti penulis yang sebetulnya dapat sepuluh persen tapi kalau hanya nulis satu judul buku yang mengalirnya cuma satu. Kalau  penerbitan pengaruhnya ribuan begitu, tetapi  kalau buku itu enggak laku siapa yang nanggung kerugian yaitu adalah penerbit bukan penulis. Penulis hanya berkurang royaltinya.

Nah kita masuk ke hal yang lain lagi.  Sebetulnya literasi di Indonesia itu ketinggalan jauh dengan negara-negara lain, karena ada tiga penghambat. 

Pertama adalah sebetulnya basically budaya. Bangsa kita termasuk saya sebetulnya minat baca itu kurang. Bangsa kita itu cenderung minat nontonnya lebih tinggi dibanding minat baca.  Oleh  karena itu perlu sisa waktu  di rumah untuk apa nonton youtube dan nonton televisi kan begitu. 

Kedua kenapa literasi kita itu tertinggal yaitu memang minat tulis kita itu kurang. Kita cenderung itu minat apa minat ngobrol minat ngomong makanya kalau kita disuruh cerita berjam jam itu kuat tetapi jika kita diminta untuk menuliskannya maka baru dapat sepatah dua patah kata ya pasti terpaksa. 

Fakta di situ,  oleh karena itu sebetulnya budaya kita bukan tulis tapi budaya oral budaya ngomong. Oleh karena itu kita harus mulai belajar menyalurkan dengan tulisan dari apa yang kita pikirkan tidak sekedar di omongkan . 

Nah, kemudian penghambat yang ketiga itu adalah apresiasi karya cipta anak bangsa. Kita itu tidak menghargai karya cipta orang lain termasuk buku, buku banyak di fotokopi. 

Akhir-akhir ini yang paling merugikan penulis dan penerbit itu adalah bukan foto kopian tetapi e-book ilegal. Buku-buku yang resmi itu di scan kemudian didistribusikan. Itu yang paling cepat berkembang, karena enggak perlu biaya,  bisa dikirim lewat email dan lain sebagainya. Sehingga hal semacam itu bisa cepat sekali beredar dan merugikan penulis dan penerbit.

Proses naskah menjadi buku,  bayangkan saja sekarang Anda di rumah saat ini punya naskah. Naskah apapun kan pasti punya pikiran akan diterbitkan. Penerbit mana pun termasuk penerbit Andi.

Nah lalu langkahnya apa? Pertama dalam proses itu yang harus dilakukan yang pertama adalah mengirimkan naskah itu ke penerbit. Oleh penerbit pertama-tama adalah dinilai, di review. Bukan untuk menghakimi, bukan untuk merendahkan naskah itu, tetapi hanya diakumulasi dengan pertanyaan besar yaitu: Apakah naskah tersebut jika dijadikan buku laku tidak? Jadi begitu saja. 

Ketika ditolak tidak boleh tersinggung karena pertimbangan memang adalah pertimbangan ekonomi. Bagaimana laku enggak, pernah bisa salah enggak bisa tetapi penulis lebih bisa salah bikin judul karena apa penerbit  itu kan sudah pengalaman bertahun tahun dengan jatuh bangun sekian ribu judul buku yang laku sekian yang tidak laku sekian sehingga akan lama lama apal yang model begini laku model begitu tidak. 

Nah  setelah naskah itu dinyatakan diterima itu diminta soft  kopi lengkap kemudian penulis diminta tanda tangan surat perjanjian.

Bagaimana kalau ditolak?  Ya, dikembalikan boleh nggak ngirimkan naskah lewat email ya boleh tetapi kami sarankan ngirimkan naskah itu adalah dicetak print supaya apa itu aman kalau seperti itu enggak aman pindah tangan diterbitkan dengan nama orang lain maka penulis  nya akan rugi oleh karena itu kalau untuk evaluasi oleh penerbit cukup dicetak di kertas kertas bekas enggak apa apa tidak harus semua naskah total bab satu sampai bab terakhir ndak perlu separuh bab saja tetapi nya atau daftar isi harus lengkap judul harus ada kemudian sisi penulis harus ada dan sinopsis harus ada dari situ penerbit juga bisa memutuskan diterima atau tidak nah jika diterima diminta soft  kopinya di situlah nanti baru di kirim ke penerbit selanjutnya adalah proses edit, proses Setting kemudian proses cetak, kemudian dijual.

Proses Editing dan Setting

Penerbit itu tidak pernah menolak naskah untuk tidak bisa diterbitkan dengan alasan editorial yang buruk titik koma yang salah. 

Tidak, kami tidak pernah menolak naskah dengan alasan seperti itu,  kenapa? Kami punya banyak editor misalnya di Andi itu ada enam puluh yang ahli bahasa. 

Sejelek apapun akan diedit ulang oleh editor kami. Kadang penulisnya akan  lebih kaget, loh kenapa kok naskah saya lebih enak? Ya, memang diperbaiki oleh editor kami.  Jadi kami tidak pernah menolak naskah hanya berdasarkan editorial.

Nah yang kedua judul, siapa yang menentukan?  Nah,  di setting itu kan berarti dibuat covernya termasuk setting cover.  

Nah,  judul itu biasanya adalah usulan dari penulis kemudian dimodifikasi oleh penerbit supaya apa? Supaya laku. Kenapa begitu? Kadang-kadang penulis yang tidak berpengalaman itu membuat judul itu sembarang judul. Kadang-kadang  terlalu formal kayak skripsi kan nggak ada yang beli. 

Judul itu harus menarik harus membangkitkan minat baca orang, kenapa begitu? Karena buku di toko bukan di plastik di reting isinya enggak boleh dibuka. Oleh karena itu judul cover dan sinopsis itu sangat penting untuk menjual buku itu sendiri jadi tidak boleh sembarangan untuk membuat judul buku dan cover.

Nah selanjutnya bagaimana buku kok bisa sampe ke toko buku? Sebelum dicetak banyak kami mengirimkan naskah yang sudah jadi buku, tetapi baru kami buat satu. Dikirimkan kepada penulis untuk naskah. Istilahnya koreksi akhir agar nanti ketika kita cetak  oleh penerbit tidak ada kesalahan yang fatal.

Setelah dikoreksi oleh penulis dikembalikan ke penerbit untuk dilakukan koreksi seperlunya. Kemudian dibuatlah disebut dengan plat. Plat itu untuk membuat cetakan secara masif di mesin pencetak buku mesin cetaknya biasanya besar-besar.

Setelah  berhasil membuat karya, membuat tulisan kemudian terbit diedarkan ke seluruh Indonesia bahkan ke seluruh dunia. Lalu apa  yang  akan di dapatkan?

Pertama adalah kepuasan, yang kedua adalah reputasi, yang ketiga adalah karirnya akan cepat naik kan naik pangkatnya  punya poin kemudian kepentingan yang terakhir adalah berapa uangnya ya ada yang banyak ada yang sedikit ini penjelasannya.

Pertama adalah peningkatan finansial. Dari mana? Dari royalti sepuluh persen, jadi kalau laku lima ribu harganya seratus ribu berarti dalam satu judul itu saja dapat lima puluh juta.

Kalau menerbitkan dua judul lakunya sama lima ribu aja seratus juta. Satu semester kalau nerbitkan enam ya enam ratus juta.    

Semua tergantung daripada buku yang ditulis laku atau tidak harganya berapa sudah harganya murah enggak laku ya kan gak dapat royalti hanya tiga puluh ribu aja tapi ada yang buku harganya tiga ratus lima puluh ribu per eksemplar laku lima ribu wow itu kan akhirnya duitnya banyak dari royalti itu nah itu dari peningkatan finansial.

Kemudian dari peningkatan karir jelas adapun untuk naik karir kemudian jika sudah enggak butuh uang enggak butuh naik pangkat sekarang sudah mentok sudah paling tinggi maka manusia butuh yang disebut dengan  kepuasan batin.

Begitu buku ada di toko buku Gramedia,  Gunung Agung, terdapat kepuasan batin. Lalu apa lagi yang didapatkan? Reputasi akan tinggi, akan terkenal. Terkenal dari apa? Dari buku yang dibaca. Ke mana-mana dikenal orang, maka pilihlah penerbit yang punya nasional supaya ketika di Aceh dikenal orang di Papua dikenal orang. Pernah enggak membayangkan ketika sedang  menunggu pesawat di bandara tiba-tiba di depan kita ada beberapa orang sedang membaca buku yang kita tulis, wah, itu betul-betul senang sekali. Reputasi kita akan semakin naik sehingga akan banyak diundang mengajar, banyak diwawancarai televisi, radio dan lain sebagainya.

‌ Jadi penilaian di penerbit untuk memutuskan naskah itu bisa diterima atau diterbitkan itu poin yang paling besar itu justru adalah peluang potensi. Editorial cuma sepuluh persen kemudian sisanya keilmuan dan reputasi tapi kadang kadang reputasi itu bisa langsung menjadi seratus persen nanti ada penjelasannya kenapa reputasi tiba tiba seratus persen apapun yang terjadi jika penulisnya  pasti terbaik. 

Nah  kadang peluang potensi pasar itu juga dikendalikan oleh yang disebut dengan edukasi penulis. Jangan salah terka kalau kami menolak naskah semata mata urusan bahasa ternyata lebih  kepada urusan pasar.

Seperti apa  sebetulnya naskah yang diterima oleh penerbit? Ada empat kuadran. Kuadran kanan atas sampe kanan bawah, yang kanan mulai dari ada naskah yang kontennya ya temanya tidak populer tetapi penulisnya populer diterbitkan enggak? Iya, diterbitkan yang dijual adalah reputasi penulisnya nama penulisnya misalnya pak Presiden Jokowi.

Yang paling kuat, paling bagus itu adalah kanan atas ya tema populer penulisnya populer. Nah, itu bukunya bisa wah luar biasa, bisa laris manis dan keuntungan besar. Omzet satu judul buku bisa milyaran, karena apa? Temanya populer, penulisnya populer. Bagaimana dengan  pemula yang belum pernah sama sekali menerbitkan buku maka saya sarankan yaitu milih yang kanan bawah carilah tema tema yang populer meskipun penulisnya belum populer kenapa begitu? Kalau temannya populer meskipun penulisnya belum populer ya tetep diterbitkan oleh penerbit yang tidak diterbitkan itu adalah tema tidak populer penulisnya juga tidak populer diambil apanya yang kayak gini kan dibuang saja ke laut.

Bagaimana dengan buku pelajaran? Akan laris di awal semester saja nanti setelah pelajaran mulai, masuk gudang lagi, cuma tahun depan naik lagi begitu dan seterusnya. Makanya pilihlah kalau itu buku teks, buku ilmiah, buku pelajaran untuk siswa maupun mahasiswa harus sesuai dengan nama mata kuliah yang ada atau nama mata pelajaran yang ada.

Tema buku yang sedang in
Bidang informatika di bidang ITC nulis dua bidang itu pasti bagus.  Pidato satu lagi robotika itu juga sekarang sudah menjadi tren itu kalau ingin memilih tema ya seputar  itu yang sedang trend.

Syaratnya dua ya trennya bagus kemudian reputasi penulis. Reputasi penulis bisa dicari lewat  google cendekia kalau itu akademisi apalagi dosen atau guru yang akun google sekolah itu lebih disukai karena karya tulisnya semua di sana bisa diuji.

Selain itu dianggap punya tren punya reputasi karyanya wajib diterbitkan yaitu    punya akun media sosial pertemanannya seperti apa di facebook berapa temannya oh ternyata sudah kali empat dan mengelola banyak admin di bidang buku yang ditulis nah itu menarik bagi penerbit punya Blog  kuat ternyata punya Blog dan view nya banyak sekali wah bagus punya kanal youtube nggak wih ternyata subscriber nya adalah satu juta udah itu yang ditulis tetap kami terbitkan karena punya pasar yang ketiga.

Jika sudah diterima, selanjutnya mau cetak berapa cetakan pertama. Jumlah cetakan itu yang disebut dengan oplah.

Bagaimana menentukan oplah nah penerbit itu rumusnya empat kuadran.

Pertama ada yang dinilai buku itu market nya itu sempit, tetapi levelnya panjang apa arti level panjang?

Level panjang itu artinya meskipun buku itu sudah berumur sekian tahun ndak diperbaharui enggak direvisi tetep laku. Itu buku apa? Misalnya  Matematika, Kimia, Fisika, Anatomi, kan  ilmunya begitu terus itu namanya sempit levelnya panjang. Makanya  penulis buku yang seperti ini yang levelnya panjang ini sampe ke anak cucu royaltinya. Kami punya penulis yang tidak lagi kami kirim royalti ke rekening penulis karena sudah meninggal. Artinya ap royalti itu boleh diwariskan dan harus diwariskan jika yang terima hal itu meninggal dunia. hebat kan?

Nah ada kuadran lainnya yaitu market nya lebar panjang, itu yang paling disukai. Penerbit enggak akan rugi karena dijual kapan pun bisa. Misalnya  kamus, Ensiklopedia. Bagi pemula pilihlah kanan bawah tema-tema yang marketnya lebar meskipun levelnya pendek, kenapa level? Karena perkembangan teknologi dan perkembangan sosial.  Buku microsoft word versi dua ribu enam belas baru terbit dua bulan muncul dua ribu sembilan belas ya sudah, enggak laku. Buku pajak dengan undang undang sekarang tiba tiba setelah terbit ada undang undang baru maka buku perpajakan yang lama tidak laku mencari yang baru saja undang undang yang baru jadi hindari yang seperti itu ya kalau untuk mencari uang jangka pendek ya memang penuh resiko begitu tetapi bagi pemula itu jalan terbaik yang betul betul jangan ditulis jangan diserahkan ke penerbit yang pasti ditolak itu adalah market sempit segelnya pendek misalnya tentang kejadian tsunami Aceh, gempa bumi Jogja, likuifaksi di swsar Makassar dan seterusnya.

Gaya Selingkung

Pertanyaan menarik yang sering kami dengar itu adalah penerbit Andi itu pakai gaya selingkung yang mana? 

Gaya selingkung itu adalah gaya pengutipan gaya struktur penulisan.
Penerbit Andi menggunakan semuanya,  ngikutin gaya selingkung yang sudah ditetapkan oleh penulis.

Tipe Penulis

Ketika memutuskan jadi penulis, Anda ingin menjadi penulis yang seperti apa? Penulis yang idealis? Penulis yang industrialis?

Penulis yang idealis itu adalah penulis yang tidak butuh uang biasanya para guru besar atau orang orang kaya hanya ingin nulis untuk branding untuk peninggalan anak cucu.

Penulis yang industrialis maka ceritanya minta duit banyak royalti yang gede, salah? Enggak.  Yang disukai penerbit adalah gabungan duanya idealis sekaligus industrialis, tidak mengabaikan mutu tetapi juga produktif kan begitu jadi sebaiknya adalah gabungan idealis dan industri.

Berkaitan dengan reputasi. Jika penulis sudah bergelar doktor ada yang master,  ingin punya reputasi akademi yang baik karena seseorang doktor karena seseorang master maka saya harus menulis buku yang ilmunya tinggi sebagai penulis.

Bagi penerbit nggak ada urusannya mau tinggi mau rendah. Yang jadi bagian dari penerbit itu pertimbangannya laku tidak.

Jika nulis buku yang ilmunya buku ini  didedikasikan untuk para mahasiswa doktoral pasti levelnya tinggi. Penerbit jelas tidak karena mahasiswa doktoral itu dikit. Oleh karena itu nulis lah buku yang digunakan banyak orang makanya sudah nulis buku informatika karena SD SMP SMA itu siswanya paling banyak se Indonesia.

Paling tidak kalau ingin laku ya nulis buku untuk itu jangan  nulis buku untuk dokter dan S 2 meskipun ilmunya bagus belum tentu diterima oleh penerbit karena pasar sempit.

Kapan Sebaiknya Buku Terbit?

Nah pertanyaan penting selanjutnya adalah  ketika naskah itu sudah dinyatakan diterima lalu berapa lama menunggu buku itu jadi? Sampai melihat nama saya di internet, nama saya di buku online, nama saya muncul di toko buku Gramedia dan lain-lain.  Penerbit itu tidak pernah memakai antrean tiket pesawat. Belum tentu yang dinyatakan pertama kali diterima akan terbit pertama kali.

Penerbit mempertimbangkan kapan buku itu dipake.  Hampir tiap hari itu berantem, berantem dalam pengertian positif ya ini sudah mulai mau dijual kok naskahnya belum lengkap, ini sudah mau dijual harus dicetak harus diedarkan dipromosikan kok naskahnya belum siap. Pasti marah marah penerbit kan begitu apakah kami marah marah tidak selalu kadang kadang penulisnya yang marah, begitu ingin lebih cepat. Oleh karena itu ya kerja sama yang baik itu penting menentukan tentang  pasarnya. Kapan? Enam bulan lagi atau tiga bulan sangat ideal supaya penerbit bisa mengolah lebih bagus lagi tidak kejar tayang yang biasanya mengorbankan kualitas.

Sesi Tanya Jawab

Assalamualaikum wr.wb
Andy Muhtadin dari Beltim-Babel Bertanya
1. Berapa lama waktu jawaban di Terima atau di tolak naskah setelah di kirim?
2. Jika kirim naskah sudah jadi full kirim lewat email boleh tidak? Kalau boleh alamat resmi atau pribadi?
Trims atas materi dan jawabannya.

Oke saya jawab dulu pertanyaan dari bapak Andi dari Belitung Timur, wah jauh sekali ya pak ya... pertanyaannya bagus berapa lama dapat jawaban penerbit ya itu tergantung daripada rutinitasnya dan tergantung daripada load nya musuhnya pas rame ramenya ada seribu naskah masuk lima ratus naskah masuk ya pasti antara dua minggu sampe satu bulan tetapi apa apakah bisa lebih bisa misalnya ini komunitas informatika penulis informatika om jay ngejar ngejar kami pak jokowi segera diputuskan karena jika itu segera jadi terbit semua guru guru pgri akan beli semua ya sudah saya putuskan besok masih ada keputusan diterimalangsung kita proses kapan dibeli maka akan kita kejar kan jadinya kapan siap dibelinya itu gampang kan.

Assalamu'alaikum... Saya Lilis dari Majalengka gel 12. Bgmn sistematika penulisan untuk buku teks ini? Berapa hal minimal? Apakah bentuknya seperti modul? Terima kasih

Nah kemudian saya akan menjawab pertanyaan dari ibu Lilis dari Majalengka. Bagaimana sistematika penulisan untuk buku teks ini berapa halaman minimal apakah bentuknya seperti modul nah tulis nanti kirim  email ke saya ya nanti saya kirim  materi yaitu bagaimana cara menulis buku text di situ strukturnya sistematika nya akan sangat jelas di situ nanti ngirim saya kirimi ya kemudian pasti ditanya berapa minimal cuma halamannya kalau buku teks itu pasti ada aturannya jika dinilai kalau dosen itu bernilai di tipi kalau guru dinilai di mana saya tidak tahu tetapi setau saya kalau buku teks itu minimal adalah dua ratus halaman atau sama dengan mengetik reward dengan setting depot seratus lima maka akan kami setting sesuai dengan kriteria dari titik maupun dari departemen pendidikan kebudayaan yaitu minimal enam belas kali dua tiga senti maka itu akan jadi dua ratus halaman nah apakah strukturnya seperti modul bukan modul itu bukan buku ya modul adalah buku modul jadi modul dekat adalah dekat motor adalah modul yang disebut dengan buku itu adalah buku aja dan buku referensi nah di luar buku aceh dan buku referensi ini tadi masuk populer nah buku populer biasanya tidak masuk untuk penilaian didikte ataupun di untuk kenaikan pangkat kan begitu tapi buku buku yang bersifat referensi atau buku teks demikian ya ibu dari majalengkanamanya tadi bu siape lupa saya terima kasih.

Dyah Sari dr Banyuwangi. Saya guru Akuntansi SMK. Kenapa buku SMK sulit sekali kita peroleh di toko buku? Apakah penerbit kurang tertarik? Atau guru SMK tdk produktif membuat buku😃😃🙏🙏

Selanjutnya saya akan jawab dari pertanyaan ibu Diah Sari dari Banyuwangi, dari Jawa Barat langsung ke Jawa Timur. Guru Akutansi SMK kenapa buku SMK sulit sekali kita peroleh di toko buku apakah penerbit kurang tertarik atau guru SMK tidak produktif menulis buku? Nah ini ibu Diah ini kayaknya tidak tahu tentang penerbit Andi secara keseluruhan penerbit Andi itu sekarang buku yang paling lengkap menerbitkan buku buku SMK termasuk buku buku Akuntansi itu pasti ada coba  nanti browsing buku SMK Akutansi maka akan banyak ketemu buku bukunya Andi tapi kenapa ada di toko buku memang buku sekolah itu jarang dipasang di toko buku tetapi direct selling ke sekolah sekolah dan lebih sekarang lebih trennya adalah dipasang di toko dari negara yang dengan siplah pasti ibu Diah Sari akan menemukan di sana. Lalu pertanyaan apakah guru SMK tidak produktif betul tidak produktif tidak banyak yang nulis buku jadi kalau ibu Diah Sari mau nulis kami sangat senang.

 Demikian resume malam ini. Seperti yang disampaikan Imam al Ghazali, "Bila kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah supaya hidup ini lebih mulia untuk sesama." 

 Katakan pada Dilan, "Yang berat itu bukan rasa rindu, tetapi menulis buku. Biarlah aku saja yang menanggungnya."

Selamat membaca, selamat menulis. Karena sejatinya penulis hebat adalah pembaca hebat! 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

Rembulan Terbelah

Kerja Sama Salah Satu Kunci Keberhasilan