Permintaan Adik


Permintaan Adik

Malam itu hujan sangat deras. Suara petir menggelegar bersahut-sahutan. Angin menderu-deru. Terdengar suara seng penutup bubungan rumah menjerit-jerit. Listrik padam. Si Mbok segera menyalakan lilin. Cahayanya hampir padam, tertiup angin yang menyelinap melalui celah-celah bilik bambu yang  lapuk.

Terdengar erangan adik yang tergolek lemah di atas tikar pandan. Tubuhnya hanya tulang terbungkus kulit. Bola matanya tenggelam ke dalam kelopak matanya yang teramat cekung. Bibirnya tampak bergetar, suaranya hanya berupa desahan ketika mengucapkan sesuatu, si Mbok sampai harus menempelkan telinganya ke dekat bibir adik. Dengan sangat perlahan sambil memandangku si Mbok berujar, "Ndhuk, tolong carikan bubur ayam, ya! Kalau kita mbuat akan sangat lama," pintanya. Aku mengangguk dan segera berlalu.

Hujan masih sangat deras disertai petir dan angin kencang. Aku terseok-seok berjalan di bawah guyuran hujan. Payung hampir terbang. Ujungnya sudah terlipat. Pakaianku basah kuyup. Dalam kegelapan semua tampak lebih menakutkan. Tujuanku adalah kedai bubur ayam di ujung gang yang buka 24 jam. Bergegas kutinggalkan tempat itu. Tidak ingin membuat adik menunggu lama untuk makanan yang diinginkannya. Sesampainya di depan pintu kamar, terdengar isak perlahan si Mbok. Tak terasa bungkusan yang berisi bubur jatuh. Gontai kumemasuki kamar. Tampak si Mbok terisak di pinggir tubuh kurus adik. Perlahan kupegang pundaknya. Isaknya kian tertahan. Dengan berurai air mata si Mbok berkata, "Adikmu, Nduk ...!" Kami berpelukan. Mencoba saling menguatkan. Mencoba ikhlas atas kepergian adik.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

PEMBELAJARAN DARING YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

Nu Nyiar Ubar