Rembulan Luruh ke Pangkuan

Setapak demi setapak Inong menapaki undakan rasa. Begitu berwarna hidupnya kini. Merah jingga kuning hijau biru nila ungu. Pelangi rasa itu silih berganti menghiasi hari-harinya. Semarak memesona sehamparan padang mawar. 

Pernah satu masa Inong tak bisa menikmati semua keindahan itu. Hati dan pikirannya terlalu galau. Ambigu. Membiarkan mata hatinya terpesona atau menutup mata untuk semua keindahan. Sampai kapan ia kan membiarkan perang batin itu berkecamuk. Meluluhlantakkan semua yang dimilikinya. Hidupnya ia pertaruhkan untuk sesuatu yang ia sendiri tak pernah tahu ujungnya. Terlalu berani ia jalani hari-harinya tanpa ada sesuatu yang bisa ia pegang kala tergelincir. Satu kata ajaib itu saja tak kan cukup baginya tuk mampu bertahan. Butuh ribuan kata lain agar membuatnya lebih yakin. 

"Masih belum percaya? Harus bagaimana lagi membuktikannya? Tak cukupkah yang telah kulakukan selama ini?" suara itu kembali terdengar jelas di gendang telinganya bergaung di relung kalbu. Menghentakkan kesadaran Inong. Perlahan pelangi muncul di lengkung langit. Memantulkan warna  merah muda pada riak air danau.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

PEMBELAJARAN DARING YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

Nu Nyiar Ubar