Rembulan Merindu

Padang mawar merah itu kian memesona. Merahnya 
menyilaukan. Wanginya memabukkan. Inong bergeming, hatinya terpatri di situ. Tak hendak beranjak barang seinci. Kemilau keindahan yang tak kuasa ia tolak atau memang tak mau ia tolak.

Inong menyadari posisi dirinya.  Paham betul kekurangan dan keinginan diri. Masalah timbul ketika ia ngotot memposisikan diri bukan pada posisinya. Apakah karena ia terlalu memegang teguh rasa keadilan atau memang makna keadilan yang gagal ia pahami. Inong merasa sudah benar berada pada posisinya, tetapi ia merasa tidak diperlakukan sesuai posisinya. Wajar jika begitu banyak tanya di benak Inong atas fakta bahwa dirinya bukan prioritas. Ia tak biasa menerima  perlakuan itu. Jadi sangat sulit bagi Inong untuk menerima bahwa ia tak sepenting itu untuk berada di situ. Ada begitu banyak pengorbanan yang harus dilakukan. Mengesampingkan harga diri. Membuang prinsip-prinsip hidup yang selama ini ia agungkan. Kadang Inong merasa ingin pergi menjauh, tapi hatinya telah berlabuh. Sauh telah tertancap jauh di lubuk kalbu. 

Inong baru menyadari bahwa sauh itu kian rapuh digerus kebohongan yang satu demi satu tersingkap ke permukaan.  Kebohongan itu mendorong sauh melayang hingga terombang-ambing dipermainkan ombak. Susah payah Inong menggapai harapan setipis pakreng yang nasibnya tak lebih baik dari sauh. Inong pasrah. Berdoa dengan segenap rasa agar semesta berpihak padanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

PEMBELAJARAN DARING YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

Nu Nyiar Ubar