Pengakuan

PENGAKUAN
(Revisi) 

Hujan yang turun memandu ke masa lalu. Mempertemukan dengan jejakmu yang susah payah kuhapus. Setelah peristiwa itu, tidak pernah kutahu keberadaanmu, apalagi perjalanan hidupmu. Aku pikir semua sudah berakhir.

Dipertemukan lagi membuat hatiku mengharu biru. Tak pernah tahu tujuanmu menceritakan seluruh kisah hidupmu. Aku hendak berjalan menata masa depan, kembali dihempaskan ke masa silam. Bagiku itu sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil!

Mengapa kau mencariku? Mengajakku terus bertemu hampir setiap waktu, menelusuri jejak masa lalu. Aku tak kuasa menolak permohonanmu. Tatapanmu masih seperti dulu, mampu meluluhlantakkan keakuanku. Kembali menjalani hari-hari bersamamu, perlahan-lahan menumbuhkan lagi rasa yang pernah bersemayam. Menumbuhkan kuncup yang sudah layu. Sampai suatu waktu kau mengaku, “Aku memohon izin untuk melamar sahabatmu!” Sungguh satu pengakuan yang mampu menghempaskanku ke ujung kutub waktu. Perlahan menumbuhkan perdu empedu di hatiku yang ‘kan kutabur untukmu.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumamprak

Teungteuingeun

Nu Nyiar Ubar